Jayapura, Euforia.id | Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kampung Mosso, sebuah kampung terluar Kota Jayapura yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG), terus berjuang memberikan pelayanan kesehatan di tengah keterbatasan sarana dan tenaga.
Meskipun kini telah dialiri listrik, Pustu tersebut masih menghadapi kendala krusial, terutama pada ketersediaan air bersih dan kekosongan tenaga kesehatan.
Yusak Aronggear (46), seorang relawan kesehatan di Pustu Mosso, yang telah mengabdi sejak tahun 2007 melanjutkan tugas istrinya yang meninggal dunia, mengungkapkan kendala utama yang mereka hadapi.
Krisis Air Bersih Mengancam Pelayanan
Masalah air bersih menjadi persoalan mendesak. Menurut Yusak, Pustu saat ini sangat bergantung pada air hujan. Sumur bor yang tersedia di depan Pustu tidak dapat langsung digunakan karena airnya keruh atau mengandung lumpur yang butuh waktu tiga hingga empat hari untuk mengendap sebelum bersih dan layak pakai.
”Di sini untuk mendapatkan air kita biasa tadah air hujan. Ada sumur bor tapi airnya tidak bagus. kita harus mengendapkan itu selama tiga atau empat hari baru airnya bisa bersih,” jelas Yusak.
Selain itu, ia juga menyebutkan adanya kerusakan pada pipa air bersih dari perbatasan yang patah akibat penggalian got dan belum disambung kembali, memperparah kekurangan air.
Kekosongan Tenaga Medis Profesional
Kendala terbesar lainnya adalah kekosongan tenaga kesehatan profesional. Pustu Mosso kini hanya diisi oleh Yusak Aronggear sebagai relawan atau kader.
Istrinya, Bidan Sonya Korwa, yang merupakan Kepala Pustu dan pemegang izin resmi, telah meninggal dunia pada tahun 2023.
Sejak saat itu, Yusak dipercayakan oleh Kepala Kampung dan Puskesmas setempat untuk menyambung pelayanan, walaupun ia menyadari keterbatasan kewenangan.
Ia hanya bisa membantu dalam pemeriksaan sederhana seperti malaria dan luka-luka, serta menampung keluhan warga untuk dilaporkan ke pelayanan yang lebih intensif.
”Saya sementara ini dipercayai, menyambung dari Puskesmas, maupun di kampung untuk saya melayani di situ. Jadi saya sebagai kader,” ujarnya.
Yusak, yang sudah tinggal dan melayani di Pustu Mosso sejak 2007 bersama almarhumah istrinya, tetap berkomitmen menjalankan tugas mulia ini dengan dasar kemanusiaan, bahkan melayani warga dari negara tetangga, PNG, yang datang berobat.
Infrastruktur Lain dan Harapan Perbaikan
Yusak mengakui kendala listrik yang dulu dialami kini sudah teratasi, sejak sekitar tahun 2014 lalu. Hadirnya listrik 24 jam itu memungkinkan pelayanan di malam hari.
Namun, penerangan di jalanan kampung masih minim, dengan kebutuhan lampu jalan setidaknya untuk jarak 50 meter.
Meski demikian, pihak Pustu dan masyarakat telah menyampaikan keluhan ini dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) dan bahkan saat kunjungan Wali Kota Jayapura.
Harapannya, segera ada penempatan petugas kesehatan yang bersedia menetap di Pustu, mengingat lokasi Mosso yang berada di perbatasan.