Jayapura, Euforia.id | Setiap liter Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menggerakkan kendaraan dan roda perekonomian masyarakat adalah hasil dari sebuah rangkaian proses yang kompleks dan penuh ketelitian, dimulai dari kedatangan kapal tanker hingga BBM siap diantar menggunakan mobil tangki.
Proses vital ini terjadi di Integrated Terminal (IT) Jayapura, sebuah fasilitas yang menjadi urat nadi distribusi energi, seperti yang diceritakan oleh Wills Maromon, seorang Lead Operator Fuel & LPG Distribution di Terminal tersebut.
Rantai pasok energi berawal dari laut. Di dermaga Jetty 1, Wills Maromon menyaksikan kapal tanker Krasak merapat, membawa muatan berharga dari IT Wayame.
”Kami berada di Jetty 1 untuk menerima bahan bakar dari kapal Krasak, yang sebelumnya berlayar dari IT Wayame menuju ke IT Jayapura untuk membongkar produk-produk BBM yang akan kita simpan di tangki-tangki timbun kita,” kata Wills lewat video rekaman Pertamina.
Proses pembongkaran itu tak hanya sebatas memindahkan cairan, tapi menjadi gerbang utama yang menjamin ketahanan stok energi di seluruh wilayah. Setelah kelar dibongkar, BBM mengalir ke Tangki Timbun, benteng pertahanan stok.
Di sana, 16 tangki menampung semua produk, memastikan pasokan selalu tersedia, menjauhkan krisis energi di seluruh wilayah penyaluran.
Memastikan Mutu, Membawa Amanah
Sebelum BBM dimuat ke mobil tangki, ada satu tahapan yang tidak pernah dilewatkan, yakni pengujian mutu. Petugas terminal bertindak sebagai ‘detektif’ yang wajib memastikan kualitas dan kuantitas BBM.
”Sebelum melakukan pengisian dan sebelum menyalurkan BBM sampai ke masyarakat, kita harus menjamin kualitas dan kuantitas bahan bakar,” jelas Wills.
Di laboratorium kecil, setiap produk diuji ketat, dari densitas hingga temperatur. Standar ini menjamin konsumen mendapatkan BBM dengan spesifikasi yang benar.
Setelah lolos uji, BBM memasuki tahap akhir, pengisian mobil tangki. Di area loading rack, mobil-mobil tangki berjejer rapi, siap membawa amanah. Wills memastikan setiap tetes terdistribusi dengan prinsip tepat jumlah, tepat kualitas, dan tepat kuantitas.
Setelah itu, peran Mathias dan rekan-rekannya dimulai. Mathias, sopir truk tangki Pertamina yang setiap harinya bertugas mengangkut ribuan liter bahan bakar ke Kabupaten Keerom.
Hari Mathias dimulai saat matahari baru merangkak naik. Ia sudah sibuk memanaskan mesin truk tangki berkapasitas ribuan liter. Memastikan semua benar-benar siap untuk membawa amanah energi menembus jalur Trans Papua yang menantang.
Setelah tangki truk terisi di fasilitas pengisian yang diawasi ketat, Mathias memulai perjalanannya dari depot energi di Jayapura menuju Kabupaten Keerom.
”Setiap hari begini sudah tugas saya. Keluar dari rumah pagi-pagi buta untuk mengantar BBM ke Keerom. Saya dan teman-teman yang lain sudah ada tugas dan rutenya sendiri, saya antar ke bagian Keerom,” kata Mathias.
Setiap tetes bahan bakar yang diangkut Mathias adalah harapan bagi warga Keerom, terutama mereka yang menggantungkan hidup sebagai petani, sejumlah Puskesmas, hingga pelayanan publik dan ekosistem perekonomian di wilayah transmigrasi itu.
Namun, tak jarang rute menuju Keerom harus menemui kendala. Mulai dari jalanan yang licin ketika musim hujan, ancaman longsor, dan turunan curam yang menuntut fokus maksimal.
”Di jalan ini, kami tidak bisa hanya mengandalkan kecepatan. Keselamatan dan kepastian BBM ini tidak tumpah atau terlambat adalah prioritas kami. Kadang harus berjalan pelan di tengah kabut, tapi itu sudah jadi teman kami sehari-hari,” tuturnya.
Tugas yang diemban oleh Mathias dan rekan-rekannya adalah dedikasi dan bentuk pengorbanan yang tak terlihat, demi memastikan rantai pasok energi tidak terputus.
Memutar Roda Perekonomian
Ratusan kilometer dari jalan yang dilalui Mathias, Sularso sudah menunggu di depan SPBU Keerom. Ia adalah seorang petani transmigran asal Jawa Tengah yang menanam sayuran. Bagi Sularso, ketersediaan BBM menjadi kunci untuk aktivitasnya.
Sularso membutuhkan bahan bakar setiap hari. Sepeda motor kebunnya harus diisi untuk mengangkut hasil panen atau sekadar mengecek tanamannya. Genset di gubuk sawahnya juga harus berbunyi, dan sesekali, mesin pengolah tanah juga butuh bahan bakar. Tanpa BBM, Sularso tak bisa menampik jika seluruh kegiatan ekonominya akan terhenti.
”Kalau BBM di sini terlambat datang atau sampai kosong, kami petani langsung bingung. Kami tidak bisa bekerja. Kalau aktivitas di sawah tertunda, tanaman kita jadi tak terurus. Bagi kami petani, satu liter itu sama dengan satu hari kerja, sama dengan uang belanja anak istri,” katanya.
Ketika truk tangki Mathias akhirnya tiba dan merapat di SPBU Keerom, Sularso salah satu orang yang merasakan dampaknya. Antrean segera terbentuk, menandakan kebutuhan besar masyarakat akan energi.
Saat Sularso mengisi tangki motor kebunnya, ia tahu pekerjaan hari itu bisa berjalan lancar.
“Sudah aman, BBM terisi artinya kita bisa bekerja dan ladang bisa terus terawat,” ujarnya.
Potret aktivitas sehari-hari dari penyaluran BBM itu merekam di balik kemudahan mengisi bahan bakar, ada dedikasi tanpa lelah dari para operator logistik yang mengorbankan waktu dan tenaga, dari laut hingga ke pelosok darat menjaga denyut kehidupan, memastikan setiap petani, pedagang, dan Puskesmas bisa terus beroperasi.


















