JAKARTA | Investasi perusahaan-perusahaan swasta AS telah menghasilkan dampak ekonomi senilai 130 miliar dolar antara tahun 2014 dan 2023, dampak ini berasal dari investasi langsung senilai total 67 miliar dolar.
Demikian menurut laporan yang diterbitkan hari ini oleh Kamar Dagang Amerika di Indonesia (AmCham Indonesia), bermitra dengan EY Indonesia. Riset untuk laporan berjudul “Investasi AS: Mitra Inovasi bagi Indonesia” dengan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), dilaksanakan oleh PT Ernst & Young Indonesia serta telah dilakukan peer review oleh Sampoerna University.
Temuan ini diluncurkan pada saat pertemuan tingkat tinggi Investasi AS-Indonesia, “Jalan Menuju Indonesia Emas 2045,” yang akan mempertemukan para menteri Indonesia dan pemimpin bisnis dari AS untuk membahas bidang-bidang penting termasuk pengembangan energi terbarukan, transformasi digital, dan sektor kesehatan saat Indonesia melakukan transisi sejalan dengan prioritas baru Presiden Prabowo Subianto yaitu digitalisasi dan ketahanan energi.
“Pertemuan ini dan peluncuran ‘Laporan Investasi AS-Indonesia 2024,’ menyoroti peran signifikan investasi Amerika dalam perekonomian Indonesia,” demikian kata Duta Besar AS Kamala Shirin Lakhdhir.
“Laporan ini menunjukkan dampak positif terhadap ekonomi sebesar 130 miliar dolar yang berasal dari investasi AS dan menekankan hubungan kuat antara investasi berkualitas tinggi dari sektor swasta AS dengan pertumbuhan berkelanjutan ekonomi Indonesia,” tambah Duta Besar Kamala.
Laporan ini menekankan bahwa investasi AS telah menjadi pendorong utama bagi transformasi ekonomi Indonesia, dengan dampak yang meluas jauh di luar investasi keuangan langsung melalui alih teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan inovasi.
Riset juga mencakup investasi minyak dan gas serta investasi lainnya di hulu, aktivitas merger dan akuisisi, serta perluasan kehadiran AS dalam layanan dan teknologi digital, serta farmasi.
Secara khusus, dampak positif investasi dari perusahaan raksasa teknologi AS di Indonesia jauh melampaui jumlah dolar yang diinvestasikan karena mereka juga meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan tenaga kerja Indonesia.
Riset ini menunjukkan beberapa tantangan dan peluang utama untuk memperluas kerja sama saat Indonesia berupaya mencapai tujuannya untuk menjadi kekuatan ekonomi global terdepan pada tahun 2045, termasuk kebutuhan untuk mengatasi ketidakpastian peraturan, mempercepat inovasi digital, dan mengembangkan sumber daya manusia melalui reformasi pendidikan.
Laporan ini juga menekankan potensi signifikan sejalan dengan transisi energi terbarukan di Indonesia. (*)