Menu

Mode Gelap

Ekonomi

Keadilan Energi dari Sentuhan Jemari

badge-check


					Ilustrasi MyPertamina Perbesar

Ilustrasi MyPertamina

Jayapura, Euforia.id | Matahari baru menyapa, sejumlah angkot sudah mulai mengantre di depan gerbang SPBU yang baru siap-siap untuk beroperasi di Dok V Bawah, Kota Jayapura, Selasa (28/10/2025). Arman (47), sopir angkot trayek Jayapura – Dok, tampak menyeka keringat di dahinya.

Sejak tahun 2010, jalanan ibu kota Papua ini telah menjadi rumah kedua Arman. Di dashboard mobil carry tuanya, sebuah kertas berisi QR Code MyPertamina menjadi harapan untuk mencari rezeki.

​”Sangat membantu sekali untuk kami supir angkot. Barcode ini menjamin saya bisa mengisi BBM subsidi, tidak lagi berebut seperti dulu,” tutur Arman.

​Jari-jemarinya menunjuk kode batang di kertas tersebut. Bagi Arman, barcode itu telah mengubah segalanya. BBM bersubsidi dengan harga tetap, yakni Pertalite Rp10.000 per liter, kini bisa ia peroleh dengan cepat, hanya dengan menunjukkan satu kode. Ini menjadi bukti bahwa subsidi kini benar-benar mengalir ke tangki yang berhak.

Arman hendak mengisi BBM bersubsidi menggunakan barcode / Euforia.id

​Setiap hari, Arman mulai menarik penumpang dari pukul 07.00 pagi hingga 22.00 malam. Rute trayeknya yang pendek dan padat menuntut mobilitas tinggi.

​”Setiap hari saya harus isi dua kali, bisa sampai 20 liter. Tergantung pintar-pintarnya kita di jalan saat mencari penumpang,” jelas Arman.

Dua putaran itu kata Arman cukup untuk membeli kebutuhan pokok di rumahnya, seperti beras hingga uang sekolah anak.

​Sistem Subsidi Tepat yang diterapkan Pertamina menjamin kuota BBM sesuai kebutuhan Arman sebagai sopir angkot.

​Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku melalui QR Code Subsidi Tepat memastikan setiap kendaraan mendapatkan jatahnya. Pembatasan digital ini efektif menahan ulah oknum penimbun.

Ribuan kode polisi yang terindikasi curang sudah diblokir, Pertamina memastikan program subsidi ini dijaga ketat.

​Manfaat sistem digital ini juga dirasakan oleh sopir dengan kebutuhan BBM lebih besar, seperti Samsudin (51). Sejak 15 tahun lalu, Samsudin mengemudikan truk muatan material di Kota Jayapura.

​”Truk yang kita bawa setiap hari ini perlu solar yang pasti. Kalau terlambat, kita bisa kena marah pembeli,” katanya.

Ia biasanya mengisi solar di SPBU besar di pusat Kota Jayapura. Kendaraan roda enam yang ia kemudikan sesuai jatah berhak mendapatkan maksimal 200 liter per hari dengan harga murah, Rp6.800 per liter.

​Dulu, Samsudin sering was-was karena jatah Solar subsidi habis atau harus berebut dengan kendaraan lain. Sekarang, dengan sistem scan QR Code, ia mendapatkan kuota yang jelas sesuai jenis dan volume mesin truknya.

​”Awalnya saya kira susah daftarnya. Tapi ternyata cuma sekali, setelah itu setiap isi tinggal scan saja. Sekarang saya yakin dapat solar subsidi, tidak perlu beli di pengecer dengan harga lebih mahal lagi. Ongkos operasional saya bisa sedikit lebih hemat,” kata Samsudin.

 

Infografis_Euforia.id

Lompatan Transaksi

​Pertamina Patra Niaga Papua Maluku mencatat lonjakan tajam dalam penggunaan aplikasi pembayaran digital MyPertamina. Lonjakan ini tidak hanya mencapai target tahunan, tetapi sudah melampauinya, bahkan saat tahun belum berakhir.

​Keberhasilan ini membuktikan tingginya minat digital masyarakat Papua. Kondisi ini secara tidak langsung membantu Pertamina dalam mengimplementasikan sistem Subsidi Tepat yang mengatur penyaluran BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Biosolar melalui QR Code.

​Ziko Wahyudi, Pjs. Region Manager Sales Retail Papua Maluku, mengungkapkan tingginya minat masyarakat untuk bertransaksi tanpa uang tunai (cashless) adalah kunci. Pencapaian ini juga didukung oleh program edukasi yang kini menyasar para pelajar sebagai bagian dari upaya pengenalan literasi digital.

​”Kami mencoba mengombinasikan program ini dengan aplikasi MyPertamina. Kami harapkan ini ada edukasi kepada para pelajar,” ujar Ziko.

Sejumlah kendaraan sedang mengisi BBM di SPBU Ekspo, Waena, Kota Jayapura / Euforia.id

​Provinsi Papua Induk menjadi fokus utama Pertamina untuk pemassifan aplikasi MyPertamina. Target transaksi yang ditetapkan untuk Papua tahun ini adalah sebesar Rp15 miliar.

​Namun, data menunjukkan pencapaian yang mengejutkan. Hingga triwulan III tahun ini, realisasi transaksi MyPertamina di Papua sudah melampaui angka tersebut.

​”Untuk tahun ini kita ditarget sekitar Rp15 miliar transaksi untuk Provinsi Papua saja. Tetapi hingga triwulan III ini sudah melebihi dari target tersebut. Ini menunjukkan animo dari masyarakat untuk penggunaan pembayaran secara cashless menggunakan aplikasi MyPertamina ini sangat besar sekali,” terang Ziko.

​Angka ini sangat masif jika dibandingkan dengan target transaksi tahun lalu yang hanya sekitar Rp8 miliar.

​Dengan pencapaian yang melampaui batas ini, Pertamina optimis dapat terus meningkatkan transaksi. “Kami harapkan nanti triwulan keempat kita bisa mencapai Rp18 miliar hingga Rp20 miliar,” tambah Ziko.

​Ziko menjelaskan, keberhasilan transaksi cashless menciptakan ekosistem digital yang sehat. Ini menjadi landasan penting karena MyPertamina sebagai pintu masuk untuk sistem Subsidi Tepat. Pendaftaran kendaraan melalui aplikasi menghasilkan QR Code yang wajib digunakan saat membeli BBM subsidi.

​”Kami melihat di lapangan transaksi Qris QR MyPertamina sudah mulai masif digunakan oleh para konsumen. Memang kita akan coba transisikan bagaimana nanti masyarakat terbiasa menggunakan Qris MyPertamina,” jelasnya.

Angka yang dicapai oleh Pertamina Patra Niaga Papua Maluku itu naik lebih dari seratus persen dibanding tahun sebelumnya. ​Secara nasional, sistem digital ini terbukti mampu menekan kebocoran.

Jaminan Subsidi Tepat Sasaran

Sepanjang 2024, penyaluran Solar mencapai 16.648.912 Kiloliter (KL) dari kuota 16.940.519 KL. Sementara Pertalite tersalurkan 29.700.081 KL dari kuota 31.604.602 KL.

​Bahkan, transaksi Biosolar sudah 100 persen tercatat secara digital. Untuk Pertalite, 93,9 persen transaksi sudah dicatat secara digital, termasuk penyaluran ke sektor usaha perikanan, pertanian, UMKM, dan layanan umum.

Jalur subsidi di SPBU Dok V Bawah, Kota Jayapura / Euforia.id

​Komitmen untuk menjaga keadilan ini berlanjut. Berdasarkan SK Kepala BPH Migas No. 66/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2024, kuota Biosolar untuk tahun 2025 ditetapkan 17,3 Juta KL dan Pertalite 31,1 Juta KL.

​”Kami terus melakukan upaya mewujudkan subsidi tepat sasaran melalui sistem digital QR Code sembari menunggu skema yang akan ditetapkan Pemerintah,” ujar Heppy Wulansari, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga lewat siaran pers.

​Heppy menambahkan, sistem Subsidi Tepat ini adalah upaya Pertamina Patra Niaga untuk memastikan penyaluran BBM bersubsidi semakin transparan.

​”Dengan adanya subsidi dan kuota yang sudah ditetapkan, melalui Subsidi Tepat ini kami berkomitmen menyediakan data penyaluran yang setransparan mungkin. Ini menjadi bukti validitas data dan bentuk tanggung jawab kami terhadap penugasan yang diberikan,” tegasnya.

​Pendaftaran QR Code ini adalah langkah nyata untuk melindungi konsumen yang berhak, sesuai dengan Perpres No. 191 Tahun 2014 dan SK BPH Migas No. 04/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2020 yang mewajibkan Pertamina menyalurkan BBM tepat sasaran.

Baca Lainnya

Indosat dan Komdigi Luncurkan Registrasi eSIM Biometrik: Jaminan Keamanan Digital Pelanggan

27 Oktober 2025 - 19:24 WIB

GATF 2025 Jayapura Jadi Penahan Inflasi dan Pendorong Ekonomi Lokal

26 Oktober 2025 - 13:05 WIB

Indosat dan Komdigi Perkuat Ekosistem Registrasi eSIM Digital Berbasis Biometrik

15 Oktober 2025 - 19:14 WIB

Indosat Cetak AI Engineer Gratis untuk Masa Depan Digital Indonesia

11 Oktober 2025 - 16:19 WIB

Trending di Ekonomi