JAYAPURA | Persipura Jayapura mulai mengukuhkan diri sebagai jawara di kompetisi tertinggi sepak bola nasional untuk pertama kalinya usai menjuarai Liga Indonesia 2005. Tapi, dalam perjalanan menuju sejarah indah itu, ada satu nama yang terlupakan.
Adrian Dario Trinidad, mungkin hanya sebagian kecil pecinta Persipura masih mengenalnya. Gelandang asal Argentina ini direkrut setelah Rahmad Darmawan didapuk sebagai pelatih anyar Persipura jelang kompetisi 2005 silam.
Pemain yang didatangkan dari klub Flandria, kontestan liga amatir Argentina itu merupakan salah satu amunisi baru Persipura bersama Mauly Lessy, Marwal Iskandar, Jendry Pitoy dan Christian Lenglolo.
Selain itu, ada sederet produk lokal yang menghiasi skuat generasi modern tim Mutiara Hitam seperti Boaz Solossa, Ian Louis Kabes, Korinus Fingkreuw, Paulo Rumere dan Christian Worabay.
Musim 2005 bisa dibilang adalah awal dari generasi emas Persipura Jayapura di era sepak bola modern Indonesia.
Tangan dingin Rahmad Darmawan terbukti ampuh mengangkat kembali derajat persepakbolaan Papua di pentas tertinggi sepak bola Indonesia.
Sayangnya, Adrian Trinidad tak menjadi bagian dalam skuat Persipura di podium juara saat itu. Dia hanya numpang lewat di awal masa keemasan tim Mutiara Hitam.
Pemain berposisi gelandang serang ini tercatat hanya bermain sebanyak 12 kali bersama Persipura.
Putus di Separuh Jalan
Ibarat sepasang kekasih yang tengah memadu kemesraan, cinta Adrian telah melekat di tim Persipura. Tapi, seperti kalimat manis yang terdengar klise, cinta tak selamanya harus memiliki.
Begitu pula cinta Adrian terhadap Persipura dan renjana sang klub akan ekspektasi terhadap Adrian yang harus patah tak direstui takdir.
Karier Adrian bersama Persipura putus di separuh jalan, lantaran cedera serius yang dia alami. Padahal, performa pemain Argentina ini dianggap moncer.
“Dia (Adrian) sempat bermain sama kita. Tapi hanya sebentar saja. Dia pemain asing yang bagus. Dia sudah masuk dalam tim pada putaran pertama,” ungkap eks gelandang Persipura, Marwal Iskandar.
Ironisnya, Adrian terpaksa harus meninggalkan skuat Persipura Jayapura di saat kompetisi belum menyelesaikan putaran pertama.
“Sebelum putaran pertama selesai, dia sudah keluar karena dia mau mengobati kakinya. Dia pemain yang bagus, karena masih muda dan agresif serta ngotot bermain. Hanya saja dia mengalami cedera engkel,” tutur Marwal.
Setelah Adrian keluar, manajemen lantas menggantikannya dengan pemain asing asal Kamerun, Erick Mabenga, yang kemudian bersama belasan pemain lainnya berhasil mengantarkan Persipura sebagai juara untuk kali pertama.
“Berhubung karena dia cedera engkel dan cukup parah waktu itu, makanya pada putaran kedua didatangkanlah Erick Mabenga,” kenang Marwal.
“Yang masih teringat dari Adrian itu orangnya asik, dia mudah bergaul, suka becanda tapi fokus di atas lapangan,” tambah Christian Worabay yang juga merupakan mantan rekannya.
Setahun meninggalkan Persipura, Adrian lantas bergabung dengan Persema Malang dan Persiba Balikpapan. Dia menjadi salah satu legenda di dua klub tersebut.
Karier Adrian di Persipura bak kisah cinta yang terluka. Ibarat seorang pecinta yang kasihnya tak sampai. Harapan dan hasrat yang melebihi segalanya, remuk redam dengan seketika.
Andai saja Adrian tak mengalami cedera, senyumnya akan berbinar di atas panggung juara dalam cinta pertamanya.
*)Artikel ini sudah pernah diulas oleh Penulis di Indosport