Jayapura, Euforia.id | Di tengah gempuran digitalisasi, Komunitas Torang Baca hadir di Kota Jayapura sebagai inisiatif mandiri untuk merawat budaya membaca di kalangan anak muda. Komunitas ini menjadi bukti nyata bahwa interaksi tatap muka dan diskusi mendalam masih dicari, berbanding terbalik dengan perilaku kebanyakan anak muda yang terkontaminasi gawai dan media sosial.
Penggagas Torang Baca, Syarif, mengungkapkan bahwa komunitas ini berawal dari kecintaannya pada literasi dan kegelisahan karena sulit menemukan komunitas sesama pembaca di Jayapura.
“Torang Baca berangkat dari kecintaan saya terhadap dunia literasi serta kegelisahan saya karena kesusahan menjalin pertemanan ke sesama pembaca di Jayapura,” ungkap Syarif.
Komunitas yang aktif sejak Juni 2023 ini mengusung konsep inklusif tanpa sistem keanggotaan.
“Kami mengusung konsep inklusif dimana tidak ada registrasi untuk keanggotaan, sehingga para peserta atau pembaca bisa dengan bebas mengikuti agenda tanpa ada komitmen khusus. Tiap bulan ada 15-25 orang yang ikut,” kata Syarif.
Anggota komunitas Torang Baca datang dari berbagai latar belakang dan disatukan oleh buku. “Kami di komunitas Torang Baca ini menyambut hangat semua kalangan… kami disatukan oleh buku,” ujarnya.
Kegiatan rutin mereka setiap bulan meliputi sesi membaca buku dalam senyap selama satu jam, dilanjutkan dengan diskusi. Anggota bebas membaca buku genre apa pun.
“Tidak ada bacaan khusus di Torang Baca. Semua orang bebas membaca buku genre apa pun,” sebutnya.
Selain itu, Syarif juga menyoroti peran komunitas ini dalam menggerakkan kesadaran literasi melalui kegiatan publik.
“Secara tidak langsung, komunitas Torang Baca turut menggerakkan kesadaran literasi dengan adanya kegiatan yang kita lakukan, seperti baca bersama dan lapak baca yang kami buka saat Car Free Day. Banyak anak-anak Jayapura yang bersemangat untuk membaca,” kata Syarif.
