Menu

Mode Gelap

Berita Pilihan

Memupuk Asa Kemandirian Pangan di Tanah Subur Muara Tami

badge-check


					Lahan Sawah Padi yang baru saja dipanen di Koya Timur, Muara Tami, Kota Jayapura / Euforia.id Perbesar

Lahan Sawah Padi yang baru saja dipanen di Koya Timur, Muara Tami, Kota Jayapura / Euforia.id

Jayapura, Euforia.id | ​​Sisa-sisa batang padi yang mengering masih terlihat memenuhi hamparan sawah di kawasan transmigrasi Koya Timur, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura. Sebulan lalu, wilayah yang berdekatan dengan perbatasan Indonesia – Papua Nugini itu menjadi saksi bisu keriuhan panen raya.

​Sebanyak 75 ton gabah berhasil diangkut dari lahan yang dulunya dianggap sulit ditaklukkan karena keterbatasan akses.

​Senin (29/12/2025) sore itu, Musa berdiri di pematang sawah yang kini mulai dipersiapkan kembali untuk musim tanam berikutnya. Senyumnya masih melebar saat mengenang deru mesin perontok padi yang memecah kesunyian Koya Timur sebulan lalu.

Musa, petani padi di Koya Timur sedang berdiri di atas sawah padi yang baru saja dipanen / Euforia.id

​Itu adalah panen kelima yang berjalan mulus sejak siklus tanam padi di wilayah tersebut konsisten dilakukan dalam tiga tahun terakhir.

​“Saya masih ingat dulu banyak yang ragu sawah ini bisa bertahan. Memang keras tantangannya. Tapi bulan kemarin kami buktikan, 75 ton gabah bisa keluar,” ujar Musa kepada Euforia.id.

​Namun, kesuksesan di beranda terdepan Indonesia Timur itu tidak datang begitu saja tanpa kepastian pasokan nutrisi tanaman.

Memutus Rantai Jarak di Ujung Timur

​Keberhasilan panen beruntun itu tak terlepas dari kelancaran ketersediaan nutrisi oleh Pupuk Indonesia. Jauh sebelumnya, bertani di Papua adalah sebuah pertaruhan karena keterbatasan jarak dan waktu pengiriman pupuk yang sering kali menjadi kendala bagi para petani untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai harapan.

​Pupuk, nutrisi yang menjadi nyawa bagi setiap tanaman, harus menempuh perjalanan ribuan kilometer melewati samudera luas, dari pabrik-pabrik besar di luar Papua hingga akhirnya bersandar di pelabuhan Jayapura.

​Dari pelabuhan, perjalanan berlanjut menyusuri jalur darat yang berkelok menuju titik sentral distribusi di perbatasan. ​Namun, pada panen musim ini, rantai distribusi yang biasanya sering tersendat karena pengiriman, tak lagi menjadi momok.

Gudang penyangga Pupuk Indonesia di Koya Barat, Muara Tami, Kota Jayapura / Euforia.id

​Kehadiran Gudang Penyangga dan Distributor Pupuk Indonesia yang berlokasi di Jalan Swakarsa, Koya Barat, menjadi jantung penggerak yang menentukan nasib panen para petani di Koya dengan menyediakan pupuk urea, NPK, TSP dan KCL, memastikan aliran distribusi pupuk tetap mengalir dan hadir tepat waktu saat akar-akar padi mulai haus akan nitrogen dan fosfat.

​Musa merupakan anggota aktif Kelompok Tani Maju Makmur. Di kelompoknya, ada 25 petani yang menggantungkan seluruh hidup mereka dari 30 hektar sawah. Jika digabung dengan kelompok tani lain, data menunjukkan kekuatan besar pertanian di kawasan transmigrasi itu.

​Di Koya Timur saja terdapat 22 kelompok tani yang menaungi 709 petani, sementara di Koya Barat tercatat 38 kelompok tani dengan total 1.360 petani yang semuanya terdaftar resmi sebagai penerima manfaat pupuk subsidi. Sebuah ekosistem besar yang menjadi jantung pangan bagi Kota Jayapura.

​”Betul, panen para petani di sini memang sangat berpengaruh dari asupan pupuk yang tidak boleh putus,” kata Musa.

Memastikan Jatah Pupuk untuk Petani

​Menjaga produktivitas di wilayah dengan komoditas yang sangat beragam mulai dari padi, jagung, hingga cabai seperti di wilayah Koya, membutuhkan strategi alokasi yang presisi agar tidak terjadi kelangkaan di salah satu sektor.

Gudang distributor Pupuk Indonesia subsidi di Koya Barat / Euforia.id

​Edy Saputra, Pendamping dari Pupuk Indonesia, menekankan kunci utamanya adalah validasi data berbasis e-RDKK yang dilakukan secara kolaboratif dengan penyuluh pertanian setempat.

​”Kami mendata luas lahan petani dan komoditasnya secara detail. Jika data ini valid, maka alokasi yang dibutuhkan petani untuk tiap komoditas akan tercukupi secara akurat,” jelas Edy.

​Dalam operasional harian, pengawalan stok dilakukan secara berlapis. Tim pendamping bekerja sama dengan PUD/Distributor dan PPTS/Kios wilayah untuk memastikan pupuk sudah berada pada posisi aman di gudang sebelum musim tanam dimulai.

​Monitoring stok pun kini sudah berbasis digital untuk memantau sisa kuota di tingkat pengecer secara real-time.

​”Tim selalu memonitor di lapangan agar persediaan stok wajib tersedia di PPTS/Kios penyalur untuk kebutuhan petani selama 1 sampai 2 minggu ke depan, dalam kondisi cuaca atau tantangan pengairan apa pun,” sebutnya.

​Tak hanya soal ketersediaan fisik, kenyamanan petani dalam bertransaksi juga menjadi prioritas pelayanan. Tim pendamping memastikan seluruh sarana, mulai dari mesin EDC/Mpos hingga sistem aplikasi i-Pubers, berfungsi optimal tanpa kendala teknis.

​Pengawalan bahkan dilakukan secara langsung di titik penebusan untuk membimbing petani yang masih beradaptasi dengan sistem digital.

​”Tentunya kami memberikan sosialisasi kepada petani mengenai mekanisme penebusan pupuk menggunakan aplikasi I-pubers, selama ini petani di koya tidak ada yang mengeluh dengan mekanisme penebusan lewat I-pubers karena ada dua mekanisme penebusan yaitu berkelompok dan individu, dimana lebih mudah, namun petani tetap harus menyiapkan syarat berupa KTP dll,” kata Edy.

​Revolusi digital itu juga dirasakan langsung manfaatnya oleh Musa yang mengaku pelayanan untuk mendapatkan jatah pupuk sudah tak ribet lagi seperti dulu.

​”Sekarang lebih ringkas. Cukup bawa KTP asli ke distributor di Jalan Swakarsa, langsung scan dan tebus. Tidak perlu urusan kertas yang ribet seperti dulu. Lebih transparan dan cepat,” ujar Musa.

Pendampingan dari Pupuk Indonesia

​Ia mengaku, keberadaan gudang penyangga Pupuk Indonesia yang menyediakan pupuk berkualitas menghidupkan asa para petani di Koya yang dulunya benar-benar sulit mendapatkan asupan pupuk untuk tanaman mereka.

​”Saya bertani di sini sudah dari tahun 1993, saya merantau dari Jawa Tengah. Dulu memang sulit sekali kalau kita mau menanam, karena tidak ada dukungan pupuk yang memadai. Kita harus cari sampai di kota yang jaraknya lumayan jauh. Itu pun sering tidak dapat pupuknya,” tutur Musa.

​Ekosistem besar petani di Koya itu menghadapi tantangan alam yang serupa, kondisi tanah aluvial yang unik. Di sinilah peran Pupuk Indonesia meluas, sebagai penyalur dan juga pendamping teknis untuk menaklukkan karakteristik tanah setempat.

​Secara geomorfologi, kawasan Koya berada pada hamparan dataran rendah yang terbentuk dari endapan aluvial. Kontur tanah di sini cenderung datar dengan tingkat kemiringan yang sangat kecil, menjadikannya ideal untuk pengembangan sawah irigasi dan lahan pangan skala luas.

Sawah Padi di Koya Timur yang baru saja melewati masa panen / Euforia.id

Tanah di Koya memiliki karakteristik unik,  tanahnya cenderung memiliki tingkat keasaman (pH) yang rendah atau bereaksi masam. ​Di sinilah peran penting ilmu pemupukan berimbang bekerja.

​Secara ilmiah, proses pemupukan adalah upaya mengembalikan keseimbangan hara tanah yang hilang terbawa hasil panen atau tercuci oleh hujan. Pupuk Urea menyediakan Nitrogen untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan membentuk klorofil.

​Sementara NPK memberikan asupan Fosfor untuk pertumbuhan akar serta Kalium untuk daya tahan tanaman dan kualitas buah.

​Alur pemupukan dimulai dari penyiapan lahan dengan pemberian pupuk organik guna memperbaiki struktur tanah. Setelah tanaman tumbuh, pupuk anorganik diberikan dalam beberapa fase.

​Pada tanaman padi, pemupukan fase awal sangat krusial untuk jumlah anakan, sementara fase primordia (bunting) menentukan jumlah malai. Di tanah Koya yang asam, penggunaan pupuk organik dan teknik pengapuran sering dipadukan untuk menjaga ketersediaan unsur hara agar tetap dapat diserap oleh akar tanaman.

​Tanpa asupan itu, unsur hara dalam tanah aluvial Koya akan cepat terkunci dan tidak bisa dimanfaatkan oleh tanaman.

​Pupuk Indonesia menjadi tulang punggung yang menopang ketahanan pangan di Koya Timur dan Koya Barat melalui kehadiran Gudang Penyangga dan Distributor di Jalan Swakarsa, Koya Barat.

Edy Saputra, Pendamping dari Pupuk Indonesia, bertugas memastikan setiap butir pupuk memberikan dampak maksimal kepada para petani setempat.

​Tidak hanya mengawal distribusi, Edy juga menjadi guru teknis di lapangan yang memastikan petani meninggalkan cara-cara lama yang tidak efisien, agar panen yang dihasilkan menjadi maksimal.

Sawah Padi di Koya Timur yang dipanen bulan lalu / Istimewa

​“Berdasarkan hasil evaluasi kami di lapangan, masih banyak petani yang awalnya memiliki pengetahuan rendah mengenai konsep pemupukan berimbang. Sering kali fokus hanya hijaukan daun namun dengan adanya pendampingan mengenai 5 konsep tepat, petani jadi memahami konsep pemupukan sesungguhnya,” jelas Edy.

​Melalui konsep 5 Tepat (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu, Tepat Cara, dan Tepat Sasaran), Edy membimbing petani agar tidak terjadi pemborosan pupuk yang justru bisa merusak kadar pH tanah Koya yang sudah masam.

​”Program pendampingan pemupukan berimbang di wilayah Koya, Distrik Muara Tami, memiliki tingkat efektivitas yang signifikan dalam menjembatani kesenjangan antara potensi lahan dan hasil riil di lapangan. Petani jadi memahami konsep pemupukan, hal ini selalu kami sosialisasi ke masing-masing kelompok tani di daerah koya dan beberapa kelompok pun mengalami peningkatan saat panen,” kata Edy.

​Hendra Setiawan, seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Distrik Muara Tami mengakui, kerja kolaboratif itu sangat membantu tugas penyuluhan dan menjamin hasil panen yang akan didapat oleh para petani.

​”Tanah di sini memiliki pH yang menantang. Panen kelima bulan lalu bisa sukses karena petani mendapatkan kepastian stok Urea, NPK, dan Organik tepat saat tanaman membutuhkannya. Kepastian distribusi dari Gudang Penyangga di Jalan Swakarsa mempertahankan ritme produksi ini dan memudahkan kami dalam mengarahkan petani di lapangan,” ungkap Hendra Setiawan.

Menghijaukan Lahan Jagung dan Cabai

​Dampak positif distribusi dan pendampingan dari Pupuk Indonesia itu ternyata meluas melampaui pematang sawah padi. Di Koya Barat, geliat hijau juga tampak pada komoditas jagung dan hortikultura yang tak kalah menjanjikan.

Kebun jagung di Koya Barat, Muara Tami, Kota Jayapura / Euforia.id

Tanaman jagung dan cabai di sana tak kalah berhasil, menghampar hijau dan siap untuk dipanen.

​Jatmiko, salah satu motor penggerak petani jagung di Koya Barat, menatap hamparan lahan jagung seluas 300 hektare yang kini telah berdiri tegak.

​Luasan lahan jagung yang subur itu seolah membuktikan bahwa kawasan Koya telah siap menjadi salah satu lumbung jagung di Papua. Suburnya lahan jagung yang dikelola Jatmiko dan kelompok taninya itu juga tak terlepas dari asupan nutrisi Pupuk Indonesia.

​”Lahan 300 hektare ini sandaran hidup banyak keluarga petani di sini. Kami bersyukur stok pupuk dari Pupuk Indonesia sudah sangat terjamin. Untuk jagung, kami memang bergantung sekali pada jenis pupuk Urea, NPK, TSP, dan KCL. Dan sejauh ini semuanya lancar-lancar saja,” ujar Jatmiko.

Jatmiko, petani jagung di Koya Barat / Euforia.id

​Ia tak menampik, ketersediaan pupuk dari Pupuk Indonesia telah menghilangkan kecemasan petani akan kelangkaan nutrisi. Dahulu mereka sering kesulitan mendapatkan TSP dan KCL yang sangat dibutuhkan dalam fase pembuahan jagung.

​”Sekarang lebih lancar. Kami sudah siap untuk panen. Dengan ketersediaan pupuk yang stabil dari gudang distributor, kami optimis hasil jagung dari lahan 300 hektare ini bisa sesuai harapan,” katanya.

​Sama halnya dengan Jatmiko, Mahmudin di Koya Barat menunjukkan ketekunan dalam mengolah komoditas hortikultura seperti cabai dapat memberikan hasil yang luar biasa jika didukung oleh sistem pemupukan yang benar. Mahmudin mengelola bedengan cabai yang luasnya terus berkembang.

​”Cabai ini kan tanaman yang sensitif karena butuh nutrisi yang pas. Kalau tidak ada pupuk bunganya bisa rontok dan gagal panen,” kata Mahmudin.

Mahmud bersama penyuluh di kebun cabai miliknya di Koya Barat / Euforia.id

​Ia juga mengaku kehadiran Pupuk Indonesia melalui gudang penyangga dan pendampingan dari para pendamping memberikan dampak dalam pengolahan tanaman cabainya.

​Keberhasilan panen cabainya sangat dipengaruhi oleh kemudahan penebusan pupuk. Kehadiran stok yang selalu ada di gudang penyangga memungkinkannya memberikan nutrisi tambahan secara mendadak saat tanaman membutuhkan.

Tanaman cabai milik Mahmud di Koya Barat / Euforia.id

​”Kami terbantu sekali dengan pendamping yang mengajari cara campur Urea dan NPK Phonska supaya produktivitasnya terjaga. Kelancaran stok dari gudang juga membuat kami berani tanam lebih banyak karena nutrisinya selalu ada,” ungkapnya.

Potensi Pertanian Koya

​Jean Rollo, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Jayapura, memaparkan visi besar pemerintah dalam mengelola potensi pertanian secara terintegrasi.

Kebun jagung di Koya Barat / Euforia.id

​Ia menjelaskan, varietas yang dikembangkan untuk musim tanam terakhir 2024 hingga memasuki 2025 adalah IR 64. Luas lahan pertanian padi yang ada di Kota Jayapura secara keseluruhan mencapai sekitar 60 hektar yang tersebar di Koya Timur dan Koya Barat.

​Dari total luasan tersebut, ia merinci bahwa dari 15 hektar lahan bisa menghasilkan panen padi mencapai angka 75 ton. Capaian itu menguatkan optimisme kawasan Koya sangat potensial dalam peta pangan nasional.

Ekonomi petani pun turut terdongkrak signifikan dengan harga gabah dari petani ke pengepul mencapai Rp 6.500 per kg.

​“Kalau belum ada pihak swasta atau pengepul yang beli hasil panennya, Pemerintah Kota Jayapura siap turun tangan menampung supaya harga di petani tidak jatuh,”
kata Jean Rollo.

​Fokus utama Pemerintah Kota tertuju pada pengembangan padi serta komoditas jagung melalui penyediaan bibit padi ladang dan padi sawah varietas Ciherang serta IR 64.

Selain memberikan bantuan benih padi dan jagung sebagai modal investasi awal, pemerintah juga aktif mengembangkan kawasan pertanian terpadu, memperbaiki jaringan irigasi, memastikan kelancaran pupuk, menyediakan traktor, hingga meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pertanian.

Sawah Padi di Koya Timur yang baru saja dipanen bulan lalu / Euforia.id

​Sore mulai luruh di Muara Tami. Musa masih bersemangat membersihkan hamparan lahan padi pasca panen, lalu Jatmiko yang hanya menunggu waktu untuk memanen jagung di sawah seluas 300 hektare, dan Mahmudin yang menatap puas bedengan cabainya.

​Mereka yakin, jalan menuju kemandirian pangan sudah terbuka lebar, diperkuat oleh industri pupuk yang kian tangguh dan sistem yang kian transparan. Musa, Jatmiko, dan Mahmudin menatap cakrawala dengan rasa syukur yang sama.

​”Semoga ini bisa terus berlanjut, dan tidak ada lagi kelangkaan pupuk yang bisa berpengaruh terhadap hasil panen kami, agar petani di sini bisa betul-betul sejahtera,” kata Musa.

Baca Lainnya

Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Jayapura Menurun Sepanjang 2025

31 Desember 2025 - 18:56 WIB

Angka Kriminalitas di Jayapura Turun, Persentase Penyelesaian Kasus Meningkat

31 Desember 2025 - 18:54 WIB

Saga Beauty Hadirkan Layanan Skin Check Gratis di Jayapura

30 Desember 2025 - 16:26 WIB

Lawan Persela, Persipura Incar Kado Natal

26 Desember 2025 - 17:14 WIB

Trending di Kota Jayapura