Jayapura, Euforia.id | National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Provinsi Papua memulai langkah awal untuk mempersiapkan kontingen terbaiknya dengan mengadakan seleksi atlet pelajar untuk Pekan Paralimpiade Pelajar Nasional (Peparpenas) XII.
Ajang bergengsi ini rencananya akan digelar di DKI Jakarta pada November 2025.
Menurut Ketua NPCI Papua, H. Jayakusuma, seleksi kali ini hanya difokuskan pada dua cabang olahraga dari empat yang dipertandingkan, yakni atletik dan renang.
“Kita hanya ikut dua cabor itu saja,” ujarnya.
Sebanyak 20 atlet akan diseleksi untuk bergabung dalam tim, didampingi oleh 8 pelatih dan 5 ofisial.
Jayakusuma menjelaskan, kuota atlet tersebut akan dibagi berdasarkan klasifikasi disabilitas: 10 atlet Tuna Grahita, 5 atlet Tuna Daksa, dan 5 atlet Tuna Netra.
“Setelah seleksi, baru bisa kita tentukan berapa yang untuk atletik dan berapa di renang,” tambahnya.
Proses seleksi dilakukan secara langsung di lapangan. Untuk cabor renang, seleksi dipusatkan di kolam renang pemanasan akuatik Kampung Harapan, sementara atletik diseleksi di lintasan pemanasan Stadion Lukas Enembe. Kriteria utama yang digunakan adalah catatan waktu terbaik dan pengalaman atlet di ajang sebelumnya.
“Saya berharap dari seleksi ini kita bisa mendapatkan atlet-atlet yang betul-betul mumpuni untuk mengharumkan nama Papua,” kata Jayakusuma.
Terkendala Finansial
NPCI Papua tengah berjuang keras menyiapkan atlet terbaik untuk Peparpenas 2025 di Jakarta, dengan target ambisius mempertahankan posisi tiga besar nasional. Namun, di balik semangat tinggi para atlet dan pelatih, kendala finansial menjadi tantangan terbesar.
Ketua NPCI Papua, H. Jayakusuma, mengungkapkan bahwa persiapan tim, termasuk seleksi atlet yang sedang berlangsung, sepenuhnya menggunakan dana pribadi.
Ia menyebutkan bahwa situasi serupa juga terjadi saat mereka berhasil meraih peringkat ketiga nasional pada Peparpenas di Palembang dua tahun lalu.
“Saat ini kita masih menggunakan pembiayaan sendiri. Tetapi kami sangat berharap sekali uluran dan bantuan pemerintah,” ungkap Jayakusuma.
Biaya yang paling krusial adalah untuk persiapan menjelang Peparpenas, di mana tim akan menjalani pemusatan latihan atau TC selama dua bulan. Biaya makan, transportasi, dan akomodasi para atlet selama TC harus ditanggung.
“Tanpa itu semua akan sia-sia,” tegas Jayakusuma.
Oleh karena itu, Jayakusuma sangat memohon kepada pemerintah daerah agar memberikan perhatian lebih, khususnya dengan memberikan dana hibah kepada NPCI Papua.
Dukungan ini sangat vital untuk memastikan para atlet dapat berlatih dengan optimal. “Saya ingin NPCI Papua tetap mempertahankan reputasinya di posisi lima besar dan tiga besar,” pungkasnya.