JAYAPURA | Seperti biasa, hampir setiap harinya warga negara Papua Nugini (PNG) hilir mudik di Pos Lintas Batas Negara yang terletak di Skouw, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Sama seperti yang terlihat pada Jumat (29/11/2024).
Hari baru saja menembus siang ketika Thomas Efus bersama anak dan istrinya melintas di pagar batas negara RI – PNG. Ia dan keluarganya diperbolehkan masuk ke wilayah Indonesia setelah mendapatkan selembar kertas izin berkunjung.
Thomas yang berasal dari Desa Wutung, Provinsi Sandaun – PNG, sudah sering berkunjung ke wilayah Indonesia via perbatasan Skouw. Tujuannya ke sana untuk berbelanja kebutuhan keluarganya.
Thomas bukan satu-satunya warga negara PNG yang sering melintas di sana. Ada ratusan orang yang setiap harinya hilir mudik di perbatasan RI – PNG di Skouw.
Warga negara PNG masuk ke wilayah Indonesia untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di Pasar Skouw.
Thomas Efus dan warga negara PNG lainnya kian dimudahkan dengan keberadaan money changer atau tempat penukaran uang yang difasilitasi oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sudah beroperasi sejak 2015 silam.
Sebelum berbelanja di Pasar Skouw, Thomas biasanya menukar uang kina (mata uang PNG) di money changer. Ia juga sering menarik uang di mesin ATM BRI yang bersebelahan dengan money changer.
“Sangat membantu, kita orang dari PNG bisa menukarkan uang atau menarik uang di sini untuk pakai belanja di Pasar. Karena di Pasar [kadang] orang hanya terima rupiah,” kata Thomas yang fasih berbahasa Indonesia dengan dialek ala Papua.
Simbiosis Mutualisme
Terpisah, Ismail tampak sibuk merapikan barang dagangannya di sebuah lapak di Pasar Skouw. Ismail menjual kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula dan bahan pokok lainnya.
Setiap hari, lapak Ismail selalu ramai didatangi warga negara PNG. Bahkan sudah banyak yang jadi langganannya.
Pedagang perantau asal Sulawesi itu sudah 8 tahun berjualan di Pasar Skouw. Selain bisa mendapatkan penghasilan yang bagus, ia juga senang bisa membantu warga negara PNG yang membutuhkan bahan pokok sehari-hari.
“Saya sudah jualan di sini dari tahun 2016. Warga PNG setiap hari pasti ada yang belanja di sini. Senang kita bisa saling membantu antar warga dua negara,” kata Ismail.
Semenjak hadirnya money changer BRI di sana, Ismail mengaku jarang menerima uang kina. Pelanggannya dari PNG sering membayar pakai uang rupiah.
Sebagai pedagang kecil, menurut Ismail roda perekonomian di perbatasan RI – PNG itu berputar dengan baik. Kehadiran BRI dirasakannya sangat membantu menggerakkan perekonomian di sana.
Dulu kata Ismail, warga negara PNG banyak yang berbelanja menggunakan uang kina karena sulit mencari tempat penukaran uang.
“Iya, BRI di sini memang sangat membantu. Orang dari sebelah (PNG) sudah bisa tukar uang langsung di money changer. Biasa juga ada yang tarik uang via ATM BRI,” ujar Ismail.
Sekarang, tak hanya money changer, layanan transaksi BRImo juga sudah berlaku di sana. Beberapa pondok jualan milik warga negara PNG juga melayani transaksi menggunakan BRImo.
Marits, pedagang asal PNG yang sehari-hari berjualan kuliner khas negaranya. Ada pisang, daging dan sosis domba. Ia juga menjual aneka minuman kaleng Made in PNG.
Lapak Marits setiap hari libur kerap ramai oleh para pengunjung dari Indonesia. Ia tak lagi repot melakukan transaksi sejak ada money changer dan layanan BRImo.
“Sering sekali, setiap hari libur pasti tempat ini ramai oleh pengunjung dari Indonesia. Saya jualan menerima uang bayar dengan rupiah. Tidak susah lagi karena ada BRI,” kata Marits.
Dukung Perekonomian dan Jaga Kedaulatan Bangsa
Direktur Utama BRI, Sunarso, pada suatu kunjungannya di perbatasan RI – PNG di Skouw
mengatakan kehadiran BRI di beranda Timur Indonesia itu untuk menopang kebutuhan transaksi masyarakat di wilayah terluar.
Salah satunya, keberadaan money changer BRI yang terletak di area Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw untuk melayani kebutuhan penukaran mata uang asing kina menjadi rupiah dan sebaliknya.
Menurutnya, kehadiran BRI di sana tak hanya berperan untuk mendukung perputaran ekonomi, tapi juga penting untuk menjaga kedaulatan bangsa dengan penggunaan rupiah di tapal batas.
“BRI hadir melayani kebutuhan masyarakat di wilayah terluar Indonesia. Salah satunya adalah money changer yang ada di area PLBN Skouw. Kehadiran layanan perbankan di wilayah seperti ini sangat diperlukan tidak hanya untuk mendukung perputaran ekonomi, namun juga penting untuk menjaga kedaulatan rupiah,” kata Sunarso dipetik dari tayangan video di media sosial pribadinya.
Untuk mendukung perekonomian di wilayah perbatasan RI – PNG, Sunarso mengaku masih diperlukan perluasan layanan.
“Bukan sekedar money changer, namun juga layanan perbankan lainnya,” katanya.
Keberadaan layanan perbankan termasuk money changer di batas negara menjadi sebuah ketentuan yang bahkan diterapkan juga di sejumlah negara. Hal itu dilakukan untuk menjaga kedaulatan negara.
Di Eropa misalnya, setiap warga negara asing diharuskan melakukan transaksi menggunakan mata uang Euro.
Roda perekonomian di Perbatasan RI – PNG berputar setiap harinya. Kehadiran BRI di sana ikut menggerakkan perekonomian rakyat dari dua negara yang berbeda.
Pada September 2024, Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI) mendata ada sebanyak 1.195 orang yang melintasi PLBN Skouw.