Jayapura, Euforia.id | Kondisi SD Negeri Mosso yang berada di wilayah perbatasan Indonesia – Papua Nugini dihadapkan pada sejumlah kendala, seperti infrastruktur teknologi, kebutuhan pangan siswa, hingga lapangan bermain yang tak layak.
Kepala SD Negeri Mosso, Stevanus Mandowen, menyoroti sejumlah kendala itu yang membuat aktivitas belajar mengajar di perbatasan tidak berjalan optimal.
Ia mengatakan, sebelumnya pernah terpasang perangkat internet di SD Negeri Mosso, namun perangkat itu telah hilang dicuri.
”Kami punya orbit yang diberikan atau dipasang oleh Kominfo itu tahun 2018, 2019 kami pakai. 2022 dicuri. Hanya parabolanya yang tinggal sampai sekarang. Orang curi, masuk di kantor sini, ambil dia punya monitor, kabel, mereka curi. Sampai hari ini belum ketemu,” keluhnya.
Ketiadaan penunjang internet itu mengganggu kebutuhan administrasi dan absensi guru. Mandowen menyebutkan, sekolah menggunakan sistem fingerprint namun terpaksa harus disiasati.
”Saya kepala sekolah, ya mungkin saya butuh untuk ketika kami mau absen fingerprint, kami absen untuk diketahui oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Jayapura maupun pusat,” ujarnya.
“Ya itu tadi, tidak ada internet. Makanya kami biasanya kalau absen, setelah itu absen manual.”
Selain itu, Mandowen berharap Program Makanan Bergizi (MBG) dapat terus berlanjut karena sangat dibutuhkan siswa di SD Negeri Mosso yang mayoritas berasal dari keluarga petani.
”Kalau MBG, saya berharap itu bisa berlanjut. Tapi hanya dropping satu kali tanggal 30 September, lalu sampai sekarang tanggal 1 Oktober sampai dengan tanggal 10 ini tidak ada. Padahal anak-anak ini butuh sekali,” sebutnya.
Ia juga berharap ada bantuan dari Pemerintah untuk membangun lapangan bermain atau sarana olahraga bagi para siswa.
“Kami sudah mengusulkan bantuan itu, tapi sampai sekarang belum ada. Lapangan untuk olahraga di sekolah ini menurut kami sangat penting bagi para siswa yang ingin menyalurkan bakat mereka,” katanya.
