Menu

Mode Gelap
UMP Papua 2025 Naik 6,5 Persen Momen Nataru: Pelindo Perkirakan 2,2 Juta Orang akan Gunakan Kapal Laut Hasil Sidang Komdis PSSI: Persewar Didenda Rp 500 Juta Plus Pengurangan 9 Poin Kemenangan Atas Persita akan Jadi Kado Spesial untuk PSBS Hari HAM Sedunia 2024: Komnas Dorong Penguatan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Jadwal Padat Bikin Pelatih PSBS Biak Kerja Ekstra Demi Konsistensi

Internasional

Tahun 2024 Diperkirakan Menjadi Tahun Terpanas yang Pernah Tercatat karena Efek Pemanasan Global

badge-check


					Tahun 2024 Diperkirakan Menjadi Tahun Terpanas yang Pernah Tercatat karena Efek Pemanasan Global Perbesar

INTERNASIONAL | Pembaruan keadaan iklim WHO 2024 sekali lagi mengeluarkan Peringatan Merah tentang laju perubahan iklim yang sangat cepat dalam satu generasi, yang diperparah oleh terus meningkatnya kadar gas rumah kaca di atmosfer.

Tahun 2015-2024 akan menjadi sepuluh tahun terhangat yang pernah tercatat; hilangnya es dari gletser, kenaikan permukaan laut, dan pemanasan lautan semakin cepat; dan cuaca ekstrem mendatangkan malapetaka bagi masyarakat dan perekonomian di seluruh dunia.

Rata-rata suhu permukaan udara global pada bulan Januari – September 2024 adalah 1,54 °C (dengan margin ketidakpastian ±0,13°C) di atas rata-rata pra-industri, didorong oleh peristiwa pemanasan El Niño, menurut analisis enam set data internasional yang digunakan oleh WMO.

“Bencana iklim menghantam kesehatan, memperlebar kesenjangan, merusak pembangunan berkelanjutan, dan mengguncang fondasi perdamaian. Kelompok rentan adalah yang paling terdampak,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dinukil dari siaran pers di laman WMO.

Laporan tersebut diterbitkan pada hari pertama Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP29, di Baku, Azerbaijan. Laporan tersebut menyoroti bahwa ambisi Perjanjian Paris berada dalam bahaya besar.

“Ketika pemanasan bulanan dan tahunan melampaui 1,5°C untuk sementara, penting untuk ditegaskan bahwa ini BUKAN berarti kita gagal memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk menjaga peningkatan suhu permukaan rata-rata global jangka panjang jauh di bawah 2°C di atas tingkat pra-industri dan melakukan upaya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5°C,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.

Katanya, anomali suhu global yang tercatat pada skala waktu harian, bulanan, dan tahunan rentan terhadap variasi yang besar, sebagian karena fenomena alam seperti El Niño dan La Niña.

Anomali tersebut tidak boleh disamakan dengan target suhu jangka panjang yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, yang mengacu pada tingkat suhu global yang dipertahankan sebagai rata-rata selama beberapa dekade.

“Namun, penting untuk menyadari bahwa setiap fraksi dari satu derajat pemanasan itu penting. Baik pada tingkat di bawah atau di atas pemanasan 1,5°C, setiap peningkatan pemanasan global akan meningkatkan ekstrem iklim, dampak, dan risikonya,” kata Celeste Saulo.

“Curah hujan dan banjir yang memecahkan rekor, badai tropis yang semakin kuat, panas yang mematikan, kekeringan yang tak kunjung reda, dan kebakaran hutan yang mengamuk di berbagai belahan dunia tahun ini sayangnya merupakan kenyataan baru dan gambaran masa depan kita,” kata Celeste Saulo.

“Kita perlu segera mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperkuat pemantauan serta pemahaman kita tentang perubahan iklim. Kita perlu meningkatkan dukungan untuk adaptasi perubahan iklim melalui layanan informasi iklim dan Peringatan Dini untuk Semua,” katanya. (*)

Baca Lainnya

Timnas Indonesia Menuju Ranking 100 Besar FIFA

28 November 2024 - 22:43 WIB

Arne Slot Master Class! Liverpool Masih Jaga 100 Persen Kemenangan

28 November 2024 - 08:26 WIB

Investasi Perusahaan Swasta AS Beri Dampak Senilai 130 Miliar Dolar Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

27 November 2024 - 21:06 WIB

Rodri Peluk Ballon d’Or, Ukir Sejarah Baru

29 Oktober 2024 - 05:29 WIB

Trending di Berita Pilihan