JAYAPURA – Sebagai penyumbang medali terbanyak ketiga untuk kontingen Papua pada Pekan Olahraga Nasional atau PON XX tahun 2021 lalu dengan 13 keping medali, kondisi yang dialami oleh tim muaythai Papua jelang PON XXI Aceh – Sumatera Utara sangat ironis. Mereka terpaksa menjalani pemusatan latihan secara mandiri dengan menggunakan dana pribadi.
Muaythai Papua masih membutuhkan perhatian dari Pemerintah Papua dan KONI Papua agar persiapan mereka bisa berjalan maksimal. Mereka telah meloloskan lima atletnya ke PON XXI lewat babak kualifikasi atau Pra-PON tahun 2023 lalu. Lima atlet itu semua turun di nomor tanding, yakni Yael Konstantina Awom kelas 48 kg putri, Muhammad Bayan Hamid kelas 48 kg putra, Rahmad Rizal Ghozali kelas 60 kg putra, Lambert Yarisetouw kelas 67 kg putra, dan Oskar Silvester Piuw kelas 71 kg putra.
TC mandiri tim Muaythai Papua sudah berjalan sejak Januari lalu dengan menggunakan dana sendiri. Hanya saja baru diikuti oleh empat atlet yang datangnya tidak berbarengan. Sementara satu atlet lainnya belum bergabung dalam TC karena masih menunggu dukungan KONI dan Pengprov Muaythai Papua.
“Kami tetap melakukan persiapan sejauh ini dan tidak mengendurkan latihan sesuai periodesasi, menjalankan TC secara mandiri di Surabaya sejak Januari. Jadi kita ada empat atlet yang sedang TC. Ini murni dari pelatih dan atlet tanpa ada bantuan sepeser pun, baik dari pihak manapun maupun Pengprov dan KONI,” kata pelatih Muaythai Papua, Donny Ayorbaba.
Ia menuturkan, keterlambatan dukungan anggaran dari Pemerintah kepada KONI Papua sangat mempengaruhi persiapan cabor muaythai, menyangkut soal kebutuhan atlet, seperti suplemen dan asupan nutrisi maupun perlengkapan latihan. Dari program TC yang mereka sudah jalankan hampir tujuh bulan, mereka baru mendapatkan bantuan dua kali dari KONI Papua.
“Sangat berpengaruh karena atlet kita butuh gizi dan makanan yang sesuai karena intensitas latihan yang semakin meningkat dan berat, begitu juga dengan seragam latihan. Hal kecil itu saja berpengaruh. Itu yang kita berharap ada perhatian secepatnya dari Pemerintah Provinsi Papua,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan Rahmad Rizal Ghozali, atlet muaythai Papua. Ia mengatakan timnya sangat butuh perhatian dari Pemerintah Papua. Saat ini ia bersama tiga rekannya menjalani TC mandiri dengan menggunakan uang sendiri.
“Semua keperluan kami masih menggunakan uang sendiri dari pelatih maupun dari kami sendiri. Kami sangat minim bantuan, kami butuh sekali perhatian pemerintah karena kami di sini punya target dan terus berjuang untuk berpretasi di PON XXI nanti,”
Senanda juga disuarakan Oskar Silvester Piuw, rekan Rahmad. Ia mengaku kondisi mereka sangat memprihatinkan. Mereka terbang ke Surabaya untuk menjalani TC mandiri menggunakan dana pribadi.
“Kami baru dibantu dua kali dari KONI Papua waktu Pra-PON tahun 2023 kemarin. Dan di TC ini kami belum mendapatkan bantuan sama sekali. Untuk itu mohon sekali perhatian dari pemerintah maupun KONI Papua,” kata Oskar.
Masih Optimistis dengan Target
Pada PON XX tahun 2021 lalu, tim muaythai Papua sukses menjadi juara umum dengan memperoleh 13 keping medali yang di antaranya enam medali emas, empat perak dan tiga perunggu. Sayangnya, keberhasilan itu sepertinya sulit tercapai karena imbas dari kondisi finansial yang masih menghinggapi KONI Papua.
Meski masih membutuhkan dukungan anggaran dari Pemerintah Papua maupun KONI Papua, tim muaythai tetap berlatih intens. Mereka tak mengendurkan latihan dan berjalan sesuai periodesasi.
“Kami tetap latihan dengan tidak mengurangi program yang sudah disiapkan. Kita tetap latihan sesuai periodesasi, dan saat ini kami sudah ada di persiapan khusus. Dan progres sudah cukup signifikan,” kata Donny Ayorbaba.
Tim muaythai Papua juga sudah melakukan beberapa kali uji tanding di Malang, Jawa Timur, dan hasilnya sangat memuaskan. Di sisa waktu yang ada, Donny berharap dukungan bisa segera tiba agar persiapan atletnya bisa maksimal sebelum berangkat ke PON XXI nanti.
“Kami terus berharap supaya dukungan anggaran dari Pemerintah bisa segera dicairkan ke KONI sehingga kami juga bisa maksimalkan persiapan kami dan membuat atlet juga bersemangat. Saya salut dengan atlet-atlet saya karena mereka tidak pernah mengeluh dalam situasi ini dan tetap berlatih,” ujarnya.
Dari lima atlet yang lolos, Donny optimistis medali emas masih bisa diraih. Meski ia mengaku berat untuk menentukan target dalam kondisi sulit yang mereka hadapi, namun target satu medali emas ia yakin bisa dipenuhi.
“Kalau seandainya kemarin atlet kita semua memulai TC bersamaan, saya berani menjamin kita bisa menargetkan tiga medali emas. Tapi karena mereka datang tidak berbarengan, jadi target kami hanya satu medali emas sementara ini,” katanya.
Namun soal target ia mengaku masih akan melihat progres atletnya lagi hingga Agustus mendatang pada persiapan akhir timnya.
“Tapi nanti kita lihat kondisi yang ada, karena kalau mau dipastikan sekarang tidak bisa, mungkin bulan Agustus nanti baru kita bisa ukur berapa medali yang bisa kita dapat, karena di situ nanti kita lihat pencapaian atlet kita seperti apa,” sebutnya.
Ia membeberkan, sejumlah pesaing dari provinsi lain bahkan sudah menjalani try out ke luar negeri dengan persiapan yang lebih baik. Untuk itu ia sangat berharap pemerintah Papua maupun KONI Papua bisa cepat menyalurkan dukungan kepada timnya maupun cabor-cabor lain yang sudah berjuang lolos ke PON XXI dari babak kualifikasi.
“Kami berjuang bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk harga diri Tanah Papua, walaupun belum ada uang tapi kami sudah berlatih habis-habisan,” pungkasnya. (Djaps)